MC-SINJAI, Hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Sinjai mendata tanaman padi yang mengalami puso atau gagal panen akibat musim kemarau tahun ini, seluas 110 hektare.
Catatan tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sinjai Hj. Sitti Marwatiah saat melakukan pemantauan terhadap beberapa area sawah yang mengalami puso di Desa Duampanuae Kecamatan Bulupoddo, Rabu (21/8/19).
Menurut Marwatiah, sawah yang mengalami kekeringan ini berdasarkan laporan dari para petugas di Lapangan dimana sebagian besar berada di Kecamatan Bulupoddo yakni berkisar 94,2 hektar tersebar di beberapa desa.
"Ada tiga kecamatan yang mebgalami kekeringan diantaranya Kecamatan Tellulimpoe Kecamatan Sinjai Selatan dan Bulupoddo. Kondisi terparah ada di Bulupoddo dan bisa dipastikan gagal panen sebab suber air juga tidak ada akibat musim kemarau ini, " katanya.
Khususnya di Bulupoddo, dari 94,2 hektar sawah yang gagal panen, 60,55 hektar diantaranya sudah terdaftar sebagai peserta program asuransi usaha tanaman padi (AUTP).
"Petani yang sudah terdaftar sebagai peserta asuransi apabila gagal panen maka akan mendapatlan modal sebagai ganti rugi sebesar 6 juta rupiah/hektar," jelasnya.
Marwatiah menambahkan bahwa sebagian besar area sawah yang mengalami kekeringan karena terlambat melakukan penanaman padi.
"Bisa dilihat sebagian besar petani kita sudah panen dan yang mengalami kekeringan ini karena mereka menanam pada bulan mei, padahal seharusnya bulan april sudah harus tanam, " ungkap Marwatiah.
Sementara itu Ketua Kelompok Tani Alur Tangka Dusun Mattirodeceng Desa Duampanuae Kecamatan Bulupoddo Haeruddin mengaku ada 9,5 hektar sawah miliknya mengalami puso dan dipastikan gagal panen akibat kekeringan.
"Selama bertahun-tahun, baru kali ini sawah saya mengalami gagal panen, biasanya hanya serangan hama tikus namun kami bisa atasi, " ujarnya. (AaNd kominfo)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar